FILOSOFI BINATANG
Habibullah
Akhir-akhir ini warga Indonesia (umumnya) dan masyarakat Aceh
(khususnya) sedang dihadapkan dengan pemilu yang akan datang, baik pemilihan
Presiden maupun calon legislatif (caleg) untuk menduduki kursi panas yang
bergoyang dalam mewakili daerah masing-masing, sehingga sebagian orang
berlomba-lomba mendaftarkan diri sebagai calon presiden maupun caleg, baik
melalui jalur independen ataupun melalui partai yang akan mengusungnya.
Sebelum dimulainya kampanye, masing-masing dari calon memikirkan
buah hasil pemikirannya untuk dijadikan visi dan misi yang bersifat janji
kepada masyarakat sehingga masyarakat akan merasa tertarik dan memilihnya dalam
pemilu nanti.
Tetapi, apakah janji tersebut yang tertera dalam misi akan dipenuhi
?? inilah faktor yang menyebabkan masyarakat enggan dalam memilih (golput)
karena trauma dengan pilihan mereka yang sudah-sudah dan mereka tidak ingin
lagi termakan bujuk rayu janjian manis.
Ideologi yang terjadi sekarang ini dalam masyarakat bahwa sedikit
sekali dan bahkan tidak ada lagi yang benar-benar ingin membenahi daerahnya
dalam menunjang kesejahteraan hidup. Ini disebabkan karena para calon
mengadopsi filosofi yang bersifat materialisme, bahwa tidak ada sesuatu apa pun
kecuali dunia material, kebalikan dari makna la ilaha illallah. Filosofi
yang seperti ini dapat menjadikan manusia berwatak egoistis, rakus dan hina
dina, termasuk juga orang-orang yang mempertahankan kesalahan demi
kehormatannya sendiri.
Filosofi seperti ini juga lah yang membuat seseorang lebih
mengedepankan material demi kehidupannya untuk makan, minum dan seks. Kalau
filosofi ini diadopsi oleh para calon, maka tak ada bedanya dengan filosofi
binatang yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa melihat hak-hak,
kepentingan dan kesengsaraan orang lain. Inilah yang menjadikan sebagian
masyarakat berfikir bahwa para calon yang ingin duduk di kursi panas bergoyang
semata-mata hanyalah untuk memperbaiki kehidupannya dan mencari kehormatan yang
tinggi di mata masyarakat. Jikalau filosofi sudah menyatu dan melekat pada
seseorang, maka ruang lingkup kehidupannya hanya terbatas kepada struktur
material semata.
Akan tetapi sedikit sekali para calon yang terpilih yang menyadari
pentingnya sarana-sarana material yang sudah didapatnya dalam hidupnya dan
memanfaatkannya dengan sebaik mungkin dan menganbil keuntungan dari daya guna
dan kekuatannya dan menyadari bahwa semua ini merupakan karunia yang
dianugerahkan sang Khaliq terhadap dirinya dalam mengemban amanah orang
lain.
Apabila para calon yang terpilih kelak memiliki kesadaran seperti
itu, maka hal tersebut yang akan mendorongnya untuk menghormati nilai-nilai
kemanusiaan dan menghargai hak-hak dan mementingkan kepentingan orang lain dari
pada kepentingannya sendiri. Bagi orang yang berfilosofi seperti ini, harta
kekayaan dipandang hanya sebagai sarana, bukan tujuan. Materi dimanfaatkan demi
menggapai keluhuran, kualitas moral dan spiritual yang lebih baik dan orang
yang seperti inilah yang patut dikatakan sebagai pemimpin atau perwakilan yang
mampu mengemban amanah dan bukan mengobral janji belaka.
Penulis menyadari
bahwa untuk menjadi pemimpin ataupun perwakilan rakyat bukanlah yang mudah tapi
karena saudara sudah mendaftarkan diri sebagai calon pemimpin atau perwakilan
rakyat, berarti anda sudah merasa mampu dalam mengemban amanah dan akan
mementingkan amanah tersebut. Maka embanlah amanah tersebut sebaik mungkin dan
hilangkan ideologi masyarakat terhadap buruknya kenerja pemimpin ataupun
anggota dewan. Dan buang jauh-jauh filosofi binatang yang hanya mementingkan
perut sendiri tanpa mementingkan perut orang lain.
Dalam pemilihan
yang akan datang, masyarakat harus lebih bijak dan benar-benar teliti dalam
memilih calon. Masyarakat harus menggunakan kaca pembesar dari berbagai
perspektif dalam melihat tingkah laku dan sikap sehari-hari para calon dan yang
paling utama adalah ibadahnya kepada Allah, karena kalau para calon berani
menipu Allah, sudah tentu dia akan berani menipu masyarakat, menyelewengkan
amanah dan bertindak sewenangnya saja tanpa adanya musyawarah.
Saya minta maaf
apabila menyinggung pihak-pihak tertentu, penulis tidak ada maksud untuk
menyinggu pihak tertentu, penulis juga hamba Allah yang mempunyai hak untuk
mengungkapkan rasa kekecewaan dan tulisan ini semata-mata hanya untuk membangun
spirit para calon ke depan dalam mewujudkan visi dan misi masing-masing.
Penulis akhiri dengan beberapa bait syair :
Jangan mengumbar janji yang tak pasti
Yang membuat masyarakat berkhayal tingkat tinggi
Namun akhirnya menjadi mimpi yang tak pasti
Dan berujung halusinasi
Wallahu a’lam